Bulog Abaikan Perintah Presiden

By Admin

Foto/Net (Presiden Jokowi Sidak Gudang Bulog Karangayar) 

nusakini.com - Dalam perjalanannya menuju ke proyek Waduk Gondang, di Kecamatan Kerjo, Karanganyar pada bulan Maret 2016 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tiba – tiba mampir  ke Gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Karanganyar, di jalan raya Solo-Tawangmangu. Dalam kunjungan mendadak ini Presiden Jokowi sempat memperlihatkan kekecewaannya karena menemukan mesin penggiling gabah rusak. Padahal dana anggaran APBN untuk menyerap hasil panen petani telah dikucurkan.

Kekecewaan juga pernah diperlihatkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat melakukan inspeksi mendadak (sidak)  ke gudang Bulog, Sapen, Jl Raya Palur–Tawangmangu pada 30 Maret 2017. Bahkan dalam sidak tersebut, Mentan sempat marah saat melihat mesin penggiling gabah di gudang yang masuk wilayah Triyagan, Sukoharjo itu masih juga tidak beroperasi. Tidak beroperasinya mesin berarti tidak ada aktifitas, sehingga artinya tidak ada gabah yang diserap oleh Bulog.

Dalam rentang setahun antara sidak Presiden Jokowi di Maret 2016 dan sidak Mentan Amran di Maret 2017, keduanya menemukan hal yang sama yakni rusaknya mesin penggiling gabah. Padahal Presiden Jokowi  dan Mentan telah berkunjung dan sempat marah menyaksikan langsung penggiling mesin gabah belum juga diperbaiki.

Rusaknya mesin penggiling gabah ini bahkan ditengarai masih saja rusak dan belum diperbaiki sampai saat ini. Bila hal sepele seperti ini  saja tidak becus dikelola dan diabaikan Bulog, maka komitmen untuk menyerap gabah petani memang pantas dipertanyakan. Semua ini menjadi indikasi tidak adanya upaya serius Bulog dalam membantu petani untuk meyerap gabah, apalagi disaat musim panen tiba.

Belum maksimalnya kinerja penyerapan gabah petani oleh Bulog juga diakui oleh Bupati Karangayar, Julyatmono. Menurut July, karena belum maksimal tersebut maka akibatnya sebagian hasil gabah petani terpaksa dijual kepada pedagang tengkulak dengan harga yang sangat murah.

July menambahkan, di samping mesin penggiling yang tak kunjung diperbaiki, juga ada stigma dari petani bahwa menjual gabah ke Bulog sangat sulit karena urusan birokrasi yang rumit dan berbelit-belit juga menambah panjang masalah terkait penyerapan gabah petani tersebut. “Petani sulit menembus gudang Bulog. Ini yang membuat petani enggan berurusan dengan Bulog dan menyebabkan harga gabah jatuh”, katanya.

Kesulitan ini dirasakan petani asal Desa Tlobong, Kecamatan Delanggu yang terpaksa harus menggadaikan barang miliknya untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasalnya, harga gabah kering panen (GKP) saat musim panen masa tanam (MT) anjlok di kisaran Rp 2.800 hingga Rp 3 ribu per kilogram.

Menurut salah satu petani asal Desa Tlobong, Atok Susanto, tak ada pihak yang berani menebas padi yang seminggu lagi akan dipanen karena sudah mengetahui akan merugi.

“Sekarang untuk mengolah lahan hingga panen di lahan seluas 1 hektare membutuhkan modal Rp 8 juta. Tapi setelah dijual dengan maksimal produksi 4 ton hanya laku Rp 12 juta. Sebagai petani penggarap jelas merugi. Karena harus berbagi hasil dengan petani pemilik sehingga hanya mendapatkan Rp 6 juta,” papar Atok.

Menurutnya, petani bisa melakukan panen raya tapi tak bisa tersenyum lega. Karena hasil GKP-nya tak juga dibeli oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) setempat. Karena itu dirinya pasrah atas kondisi harga GKP yang tak sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yaitu dibawah Rp 3.700 per kilogram.

“Saat ini petani hanya berjuang sendirian karena hasil panennya tak bisa dijual dan Bulog tak kunjung datang membeli. Kalau begini, program swasembada pangan yang didengung-dengungkan sepertinya hanya mimpi belaka. Tak akan pernah terwujud kalau kondisinya seperti ini,” jelas Atok yang juga Ketua Kelompok Pertanian Lestari Makmur, Desa Tlobong, Kecamatan Delanggu ini.

Apa yang dikemukakan Atok bisa menjadi peringatan bagi Bulog untuk membenahi diri dan meningkatkan kinerjanya dalam menyerap gabah petani. Namun sampai saat ini kinerja tersebut tidak menunjukkan hasil bahkan untuk memperbaiki mesin penggiling gabah yang rusak, Bulog terkesan abai. (p/mk)